Minggu, 02 Maret 2014

Jenis-Jenis Kebaya

16.07

Kebaya biasanya dipadu dengan kain batik yang berupa kain panjang maupun sarung, panjang kebaya tergantung selera pemakai.
Jenis-jenis kebaya dan cirri khasnya:
Kebaya Jawa Barat
Biasanya berupa blus pendek, tanpa tambahan bagian depan, memakai atau tanpa lekuk leher. Terbuat dari brokat atau sutera berwarna cerah, lengan bajunya agak melebar disbanding kebaya di Jawa Tengah. Kain batik yang digunakan untuk bawahan dililitkan dengan cara biasa (tanpa wiron), berwarna cerah.
Kebaya Khas DKI
Kebaya khas DKI mempunyai cirri khas tertentu dalam berkebaya. Antara lain warna cerah, dipadu dengan sarung batik cerah (motif pesisiran), bagian depan tanpa kain tambahan, bagian kerah biasanya diberi hiasan kerancang atau sulaman. Bagian lengan diberi manset agar mempermudah membuka lengan ketika berwudhu, bentuk kebaya DKI dipengaruhi oleh budaya Cina yang memunculkan kebaya Encim. Yang pada awalnya dikenakan oleh orang Cina peranakan, salah satu cirri kebaya ini merupakan hiasan sulam atau kerancang di bagian leher sampai bawah. Pemakaian selendang sebagai pelenngkap busana tidak disampirkan di pundak melainkan dipakai sebagai kerudung.
Kebaya Jawa Tengah
Kebaya Jawa Tengah berkiblat pada pemakaian kebaya para wanita di Kraton baik Surakarta maupun Yogyakarta. Tata cara berkebaya di keratin menunjukkan status pemakainya. Antara lain, permaisuri mengenakan kebaya panjang dari bahan yang halus antara lain sutera, beludru, dengan hiasan sulaman yang indah, untuk para putri mengenakan kebaya yang lebih pendek dengan warna-warna tertentu dan tata cara pemakaian kain panjang dengan teknik tertentu pula. Untuk para selir mengenakan kebaya gulon, sedangkan untuk keluarga kaum ulama memakai kebaya yang terbuat dari saten. Biasanya kebaya di Surakarta dipadu dengan kain panjang dari Batik, kemudian teknik pemakaiannya diwiru di bagian depan, untuk anak-anak denngan sabuk wolo.
Ciri Khas Kebaya Solo dan Yogya

Kebaya ini dibedakan dengan adanya penambahan kain di depan (bef) yang disebut kutu baru yang pada awalnya dipakai sebagai tempat menempelkan perhiasan para putri, namun dikemudian hari menjadi patron kebaya di kalangan perempuan lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar

 

© 2013 KERAJINAN GUNUNGKIDUL. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top